Angin gunung turun merembas ke hutan
Lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas
Dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau
Kemudian hatinya pilu
Melihat jejak-jejak sedih para tani buruh
Yang terpajak di atas tanah gembur
Namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya
Para petani buruh bekerja
Berumah di gubuk-gubuk tanpa jendela
Menanam bibit di tanah yang subur
Memanen hasil yang berlimpah dan makmur
Namun… hidup mereka sendiri SENGSARA
Mereka memanen untuk tuan tanah
Yang mempunyai istana indah
Keringat mereka menjelma menjadi emas
Yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa
Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan
Para ahli ekonomi membetulkan letak dasi
Dan menjawab dengan mengirim kondor
Penderitaan mengalir dari parit-parit wajah rakyatku
Dari pagi sampai sore
Rakyat negeriku bergerak dengan lunglai
Menggapai-gapai
Menoleh ke kiri menoleh ke kanan
Di dalam usaha tak menentu
Di hari Senja mereka menjadi onggokan sampah
Dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai
Dan sukmanya berubah menjadi burung kondor
Beribu-ribu burung kondor
Berjuta-juta burung kondor
Bergerak menuju ke gunung tinggi
Dan di sana mendapat hiburan dari sepi
Karena hanya sepi mampu menghisap dendam dan sakit hati
Burung-burung kondor menjerit
Di dalam marah menjerit
Tersingkir ke tempat-tempat yang sepi
Burung-burung kondor menjerit
Di batu-batu gunung menjerit
Bergema di tempat-tempat yang sepi
Berjuta-juta burung kondor
Mencakar batu-batu
Mematuki batu-batu
Mamatuki udara
Dan di kota, orang-orang bersiap MENEMBAKNYA
WS. Rendra
Friday, October 19, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment