Pemerintah seharusnya melibatkan BMI dalam menentukan besarnya biaya Agen. Hal tersebut dikatakan oleh coordinator Pilar yang juga ketua ATKI, Eni Lestari, dalam acara gebyar Idul Fitri yang di gelar oleh Persatuan BMI tolak overcharging ( Pilar ) bersama GAMMI dan ATKI, di lapangan rumput Victoria Park, Minggu ( 28/10 ).
Dalam orasinya, lebih lanjut Eni mengatakan bahwa potongan gaji 7 bulan sebesar HK$21.000 merupakan bentuk pemerasan bagi BMI di Hong Kong.
Eni juga sangat menyayangkan sikap Pemerintah yang selama ini sama sekali tidak pernah melibatkan BMI dalam menentukan besarnya biaya Agen.
“Dalam pertemuan kemarin, Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Erman Suparno mengatakan akan menurunkan biaya Agen menjadi HK$15.000, namun pemerintah tidka pernah memberi tahu, biaya sebesar itu dipakai untuk apa saja. Karena biaya itulah yang dimaui oleh Agen,” seru Eni.
Ia juga mengatakan selama ini pemerintah sama sekali tidak pernah memikirkan nasib Buruh Migran Indonesia yang tidak menerima gaji dengan adanya potongan gaji selama 7 bulan tersebut.
“Pemerintah tidak pernah bertanya kepada kita sebagai BMI, apakah biaya sebesar itu memberatkan atau tidak. Dan Pemerintah tidak pernah berfikir, bahwa biaya sebesar itu, kita lah yang harus menanggungnya,” lanjut Eni yang telah menjabat sebagai Ketua ATKI selama 7 tahun ini.
Potongan gaji sebesar HK$21.000 hampir dialami oleh semua BMI yang ada Hong Kong, yang mekanisme pembayarannya dengan cara pemotongan hampir seluruh jumlah gaji selama 7 bulan. Namun, hingga saat ini pun belum ada kepastian tentang rincian biaya tersebut. Bahkan, saat KRJI menggelar dialog bersama Pilar tanggal 2 September lalu, KonJen malah bertanya kepada BMI soal breakdown ( rincian ) biaya Agen tersebut.
Ironisnya lagi, tidak sedikit BMI yang mengalami terminate setelah masa potong gaji 7 bulan selesai, dan akhirnya mulai dengan majikan baru lagi, mengalami potong gaji lagi dan begitu seterusnya.
Pilar sendiri mendesak pemerintah, agar menurunkan biaya Agen tersebut menjadi hanya satu bulan gaji.
Sementara itu, dalam acara Gebyar Idul Fitri itu sendiri juga diadakan berbagai macam lomba. Yang antara lain lomba merias tenda sebagai upaya konsolidasi antar organisasi serta lomba menggubah lagu perjuangan BMI. Acara juga diisi dengan permainan serta pentas seni dan budaya.
Aliyah Purwati
Dalam orasinya, lebih lanjut Eni mengatakan bahwa potongan gaji 7 bulan sebesar HK$21.000 merupakan bentuk pemerasan bagi BMI di Hong Kong.
Eni juga sangat menyayangkan sikap Pemerintah yang selama ini sama sekali tidak pernah melibatkan BMI dalam menentukan besarnya biaya Agen.
“Dalam pertemuan kemarin, Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Erman Suparno mengatakan akan menurunkan biaya Agen menjadi HK$15.000, namun pemerintah tidka pernah memberi tahu, biaya sebesar itu dipakai untuk apa saja. Karena biaya itulah yang dimaui oleh Agen,” seru Eni.
Ia juga mengatakan selama ini pemerintah sama sekali tidak pernah memikirkan nasib Buruh Migran Indonesia yang tidak menerima gaji dengan adanya potongan gaji selama 7 bulan tersebut.
“Pemerintah tidak pernah bertanya kepada kita sebagai BMI, apakah biaya sebesar itu memberatkan atau tidak. Dan Pemerintah tidak pernah berfikir, bahwa biaya sebesar itu, kita lah yang harus menanggungnya,” lanjut Eni yang telah menjabat sebagai Ketua ATKI selama 7 tahun ini.
Potongan gaji sebesar HK$21.000 hampir dialami oleh semua BMI yang ada Hong Kong, yang mekanisme pembayarannya dengan cara pemotongan hampir seluruh jumlah gaji selama 7 bulan. Namun, hingga saat ini pun belum ada kepastian tentang rincian biaya tersebut. Bahkan, saat KRJI menggelar dialog bersama Pilar tanggal 2 September lalu, KonJen malah bertanya kepada BMI soal breakdown ( rincian ) biaya Agen tersebut.
Ironisnya lagi, tidak sedikit BMI yang mengalami terminate setelah masa potong gaji 7 bulan selesai, dan akhirnya mulai dengan majikan baru lagi, mengalami potong gaji lagi dan begitu seterusnya.
Pilar sendiri mendesak pemerintah, agar menurunkan biaya Agen tersebut menjadi hanya satu bulan gaji.
Sementara itu, dalam acara Gebyar Idul Fitri itu sendiri juga diadakan berbagai macam lomba. Yang antara lain lomba merias tenda sebagai upaya konsolidasi antar organisasi serta lomba menggubah lagu perjuangan BMI. Acara juga diisi dengan permainan serta pentas seni dan budaya.
Aliyah Purwati